PENGENDALIAN DAN SISTEM AKUNTANSI

A.     Pengertian, tujuan, Jenis, fungsi utama pengendalian Internal

tujuan pengendalian internal
Ø  Mengamankan aset, mencegah atau mendeteksi perolehan, penggunaan atau penempatan yang tidaksah.
Ø  Mengelola catatan dengan detail yang baik untuk melaporkan aset perusahaan secara akurat dan wajar.
Ø  Memberikan informasi yang akurat dan reliabel.
Ø  Menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Ø  Mendorong dan memperbaiki efisiensi operasional.
Ø  Mendorog ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditentukan.
Ø  Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.

3 fungsi utama pengendalian internal
1.      Pegendalian preventif : mencegah masalah sebelum timbul
2.      Pengendalian detektif : menemukan masalah yang tidak terelakkan
3.      Pengendalian korektif : mengidentifikasi dan memperbaiki masalah serta memperbaiki dan memulihkannya dari kesalahan yang dihasilkan.

Jenis – jenis sistem pengendalian internal
Pengendalian Internal seringkali dipisahkan dalam 2 kategori sebagai berikut :
a.       Pengendalian umum (General conrtrol) yaitu memastikan lingkungan pengendalian sebuah organisasi stabil dan dikelola dengan baik. Contihnya: keamanan, infrastruktur TI, dan pengendalian pembelian perangkat lunak.
b.      Pengendalian aplikasi (Application control) yaitu mencegah, mendeteksi dan mengoreksi kesalahan transaksi serta penipuan di dalam program aplikasi. Pengendalian iniu fokus terhadap ketepatan, kelengkapan, validitas, serta otorisasi data yang di dapat, dimasukan, diproses, disimpan, di transmisikan ke sistem lain dan dilaporkan.
Robert Simons adalah seorang profesor bisnis Harvard. Menemukan 4 pengendalian yaitu :
a.       Belief System, menggambarkan bagaimana suatu organisasi menciptakan nilai, membantu para pegawainya dalam memahami visi manajemen, mengkomunikasikan nilai-nilai dasar dari organisasi tersebur dan menginspirasi para pegawainya untuk menerapkan dalam nilai-nilai tersebut.
b.      Boundary System, membantu para pegawai agar dapat bertindak etis dengan menetapkan batasan-batasan atas perilaku pegawai.
c.       Diagnostic Control, sistem mengukur, memonitor dan membandingkan kemajuan aktual perusahaan dengan anggaran dan target kinerjanya.
d.      Interactive Control, sistem membantu manajemen untuk memusatkan perhatian dari bawahannya hanya ke isu-isu strategis dan lebih terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

A.     Pengertian dari COBIT
Bagian ini membahas 3 kerangka yang digunakan untuk mengembangkan sistem pengendalian internal
Yang dimaksud dengan COBIT adalah  Control Objective for Information and Related Technology atau yang disingkat dengan COBIT menggabungkan standar-standar pengedalian dari banyak sumber berbeda ke dalam sebuah kerangka tanggal yang memungkinkan :
Ø  manajemen untuk membuat tolok ukur praktik-praktik keamanan dan pengendalian lingkungan
Ø  para pengguna layanan teknologi informasi dijamin dengan adanya keamanan dan pengendalian memadai
Ø  para auditor memperkuat opini pengendalian internal dan mempertimbangkan keamanan
Ø  teknologi informasi dan pengendalian yang dilakukan.

komponen pengendalian menurut COSO

Ø  Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Merupakan tanggung jawab manajemen puncak untuk menyatakan dengan jelas nilai-nilai integritas dan kegiatan tidak etis yang tidak dapat ditoleransi.
Ø  Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Perusahaan harus mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menciptakan resiko bisnis dan harus menentukan bagaimana caranya mengelola resiko tersebut.
Ø  Kegiatan Pengendalian (Control Activities)
Untuk mengurangi terjadinya kecurangan, manajemen harus merancang kebijakan dan prosedur untuk mengidentifikasi resiko tertentu yang dihadapi perusahaan.
Ø  Informasi dan komunikasi (information and communication)
Sistem pengendalian internal harus dikomunikasikan dan diinfokan kepada seluruh karyawan perusahaan dari atas hingga bawah.
Ø  Kegiatan Pemantauan (Monitoring Activites)
Sistem pengendalian internal harus dipantau secara berkala. Apabila terjadi kekurangan yang signifikan, harus segera dilaporkan kepada manajemen puncak dan ke dewan komisaris.

Enterprise Risk Management (ERM) menurut COSO adalah sebagai suatu proses yang dipengaruhi manajemen perusahaan, yang diimplementasikan dalam setiap strategi perusahaan dan dirancang untuk memberikan keyakinan memadai agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Penerapan manajemen risiko juga bertujuan untuk mengidentifikasi risiko perusahaan pada setiap kegiatan serta mengukur dan mengatasinya pada level toleransi tertentu.

prinsip-prinsip dasar dibalik konsep ERM
Ø  Perusahaan dibentuk untuk menciptakan nilai bagi para pemiliknya.
Ø  Manajemen harus memutuskan seberapa besar ketidakpastian akan diterima karena penciptaan nilai.
Ø  Ketidakpastian sebagai akibat dalam resiko yang merupakan kemungkinan bahwa sesuatu secara negatif mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan nilai.
Ø  Hasil Ketidakpastian dalam peluang merupakan kemungkinan bahwa sesuatu secara positif mempengaruhi kemampuan perusahaan menciptakan atau mempertahankan nilai.
Ø  Kerangka ERM dapat mengelola ketidakpastian maupun menciptakan dan mempertahankan nilai perusahaan.

Inherent Risk dan Residual Risk
            Inherent Risk (Risiko Bawaan atau Risiko Melekat) adalah penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melampaui batas toleransi, sebelum mempehitungkan faktor efektivitas pengendalian intern. Risiko bawaan menunjukkan faktor kerentanan laporan keuangan terhadap kekeliruan yang material dengan asumsi tidak ada pengendalian intern. Bila auditor berkesimpulan bahwa akan banyak kemungkinan terjadi kekeliruan tanpa pengendalian intern, berarti risiko bawaannya tinggi. Sedangkan yang dimaksud dengan Residual Risk ( Resiko residual) adalah resiko yang tersisa setelah manajemen mengimplementasikan pengendalian internal atau beberapa respon lainnya terhadap resiko.

4 cara manajemen menghadapi resiko
            berikut adalah empat cara manajemen menghadapi resiko :
a.       Mengurangi kemungkinan dan dampak resiko dengan mengimplementasikan sistem pengendalian internal yang efektif.
b.      Menerima kemungkinan dan dampak resiko.
c.       Membagikan resiko atau mentrasfernya kepada orang lain dengan asuransi pembelian, pengalihdayakan sebuah aktivitas, atau masuk ke dalam lindung nilai (heging).
d.      Menghindari resiko dengan tidak melakukan aktivitas yang menciptakan resiko. Hal ini bisa jadi mensyratkan perusahaan untuk menjual sebuah difisi, keluar dari lini produk atau tidak memperluas perusahaan seperti yang di harapkan.
 


Komentar